IDE DALAM PERIKLANAN

Ide Dalam Periklanan


Ide?
Ide adalah rancangan yang tersusun di dalam pikiran (KBBI)
Ide adalah gagasan; cita-cita (KBBI)
Ide adalah suatu pemikiran, konsep, gambaran mental, yang terkadang bersifat imaginer tanpa ada hubungannya dengan realitas.
Ide adalah apa saja yang terlintas dalam pikiran kita pada saat kita mencari suatu solusi.
Ide adalah modal utama bagi para insan kreatif dalam mencari solusi untuk masalah pesan komunikasi yang dihadapinya.

Ide dapat mengubah sesuatu yang sederhana menjadi sesuatu yang kompleks, sesuatu yang biasa menjadi luar biasa, yang bagus menjadi sangat indah.
Kenapa Harus Ada Ide?
“Karena orang yang bekerja di advertising agency bekerja berdasarkan ide dan semua orang harus memiliki ide dalam mengerjakan setiap pekerjaannya” (Aristantono SWP, Creative Director Dwi Sapta Advertising). 


Brainstorming

Brainstorming adalah metode untuk memunculkan penyelesaian masalah yang kreatif dengan mendorong anggota kelompok untuk melemparkan ide sembari menahan kritik atau penilaian. Brainstorming, dalam banyak bentuknya, telah menjadi tool standar untuk ideation (pengembangan ide baru). Barangkali ini karena fleksibilitasnya:
  • Sembari pelaku bisnis kebanyakan cenderung benar-benar menggunakan istilah "brainstorm", prosesnya digunakan dalam berbagai rentang, dari universitas hingga non-profit hingga tempat seni pertunjukkan.
  • Brainstorming dapat dicapai oleh sebuah kelompok besar, kelompok kecil, atau bahkan seorang individu.
  • Ada batasan pada jenis masalah atau pertanyaan yang dapat diselesaikan melalui brainstorming.
Sementara istilah "brainstorming" relatif baru, konsepnya setua kreatifitas manusia. Ide memanfaatkan proses untuk bisnis, bagaimana pun juga, telah dikembangkan oleh Alex Osborn tahun 1941. Sebagai eksekutif periklanan, Osborn mengerti pentingnya kreatifitas untuk sukses: dalam bukunya terbitan 1952 Kekuatan Kreatifitasmu: Bagaimana Menggunakan Imajinasi, dia menuliskan: "Tidak hanya di dalam bisnis namun dalam setiap lini, kualitas kepemimpinan tergantung pada kekuatan kreatif".
Dia juga percaya bahwa setiap orang memiliki potensi untuk kreatifitas, dan mempelajari skill kreatif. Dengan demikian, empat aturan Osborn tentang brainstorming didesain untuk mengatasi batasan dan meningkatkan kemampuan kreatifitas karyawan. Mereka adalah:
  • Tidak boleh ada kritik ide
  • Cari jumlah ide yang besar
  • Bangun pada tiap ide lainnya
  • Dorong ide yang liar dan berlebihan
Proses yang lebih besar yang dikembangkan Osborn disebut Creative Problem Solving atau CPS (Penyelesaian Masalah Kreatif). CPS mencakup empat tahap seperti yang dijelaskan dalam Creative Education Foundation:
  1. Menjelaskan – Menjelajah visi dengan mengidentifikasi tujuan, harapan atau tantangan; mengumpulkan data untuk pemahaman yang lebih baik tentang tantangan, dan membuat pertanyaan tantangan yang mengundang solusi.
  2. Membentuk pengertian – Menjelajah ide melalui proses brainstorming.
  3. Mengembangkan – Memformulasikan solusi dengan mengevaluasi ide yang dibuat dalam proses ideation dan kemudian memilih solusi terbaik.
  4. Menerapkan – Memformulasikan sebuah rencana setelah menyelidiki sumber daya dan tindakan yang diperlukan untuk menempatkan solusi ke dalam tindakan.

Pengembangan Ide

Lima Strategi Memancing Ide Baru
  1. Seleksi
  2. Alteration (perubahan)
  3. Spontanitas,
  4. Abstraksi
  5. Gambaran tak berbentuk.
Proses Kreatif/ Pengolahan Ide
  1. Menemukenali permasalahan komunikasi visual
  2. Mencari data verbal dan visual
  3. Menyusun konsep kreatif yang berlandaskan pada karakteristik target sasaran
  4. Penentuan visualisasi final desain untuk mendukung tercapainya sebuah komunikasi verbal-visual yang fungsional, persuasif, artistik, estetis, dan komunikatif.
Melihat Kekuatan Local Idea
  1. Ide lokal mempunyai potensi kekuatan justru karena kelokalannya.
  2. Ide kreatif yang berangkat dari lokalitas jumlahnya jutaan, dan jika diolah maksimal akan menjelma jadi masterpiece berkelas internasional.
  3. Lanskap masa depan ditentukan oleh sekelompok minoritas yang ide-ide besarnya semula dianggap asing, tidak wajar, bahkan gila.
  4. Namun kita tidak sekadar mengambil ide mentah belaka. Ex: Riau identik dengan selembayung, songket, warna hijau-merah-kuning, dll.
  5. Kita harus membentuk kembali ide-ide dsar itu dengan pemikiran dan kreativitas kita.
  6. Karena tidak semua kultur lokal bisa diangkat menjadi bahasa global, ada kemungkinan kultur di suatu daerah bisa bertentangan dengan daerah lain. Ex: cokot (jawa: gigit, sunda: ambil); ketelanjangan di Papua dianggap biasa, tapi di Aceh bisa berbahaya.
  7. Pemahaman hal di atas akan banyak membantu tercapainya proses transformasi pesan yang benar-benar pada audiensnya, sehingga tercipta “desain grafis plus” (karya iklan plus), yang pengaruhnya melebar melewati batas-batas lokaslitasnya sendiri.



Sumber:

0 Response to "IDE DALAM PERIKLANAN"

Posting Komentar